Kumpulan Cerita Horor Di Dunia Nyata Dan Dunia lain.

Agenreferralpoker | Kumpulan daftar nama agen judi domino poker online terpercaya





Selasa, 27 Juni 2017



Nama saya Faisal, Tidak biasanya memang, saya kembali ke kota pelajar dari kampung saya di Jakarta dengan naik Bus. Saya selalu jengkel dengan siapapun itu yang menciptakan alat transportasi ini. Kejengkelan saya itu tertuju dan beralasan pada konsep kapasitas dan desain kursi penumpang yang sangat sempit. Mungkin mereka yang menciptakan Bus adalah orang-orang yang berkaki pendek, karena mereka hanya menyisakan gap sempit yang tidak memungkinkan penumpangnya menyelanjarkan kaki.

Sialnya, hari ini saya harus menempuh perjalanan kembali ke Yogyakarta dengan menitih transportasi yang aku benci ini. Memulai awal semester 1(satu) setelah masa liburan yang cukup membosankan. Tapi memang apa daya, pada dasarnya kesialan ini adalah buah dari keteledoranku yang terlambat membeli tiket kereta api.

Sesampainya di Terminal aku menaiki 1 bus yang cukup terkenal akan pelayanan dan karakteristik “Horror”-nya. Jangan salah sangka, horror disini tidak ada sangkut pautnya dengan hantu atau makhluk halus lainnya dan Aku cukup skeptis akan hal itu. Label horror pada Bus ini adalah tingkat keugalan pengendaranya, yang beberapa kali sempat “membuat gila” penumpangnya. Ya, gila! Gila dalam ketakutan dan kegelisahan atas keselamatan mereka.

Namun kisah perjalananku kembali ke Yogyakarta dengan menaiki bus “Sumber Alam” ini ternyata tidak hanya merengkuh kehororannya dalam makna kiasan. Namun juga pengalaman misteri dan horror secara nyata.

Dalam keseruan ngobrol dengan bapak itu, sekilas tercium bau semerbak harum melati didalam bus yang membawa kami waktu itu.
Kira-kira, jam tangan yang kukenakan dipergelangan tangan kiriku waktu itu menunjukkan pukul 14:15 siang menjelang sore. Mataku sayu. Berkedip-kedip terbangun dari tidur yang paling tidak nyaman sepanjang sejarah hidupku. Para penumpang terlihat asyik ngobrol dengan penumpang lain. Akupun mencoba untuk membaur dan mencoba beramah tamah dengan seseorang lelaki separuh baya disampingku.

“ini sampai mana ya pak? Kebetulan ini kali pertama saya bepergian menggunakan bus antar kota” – Ucap saya membuka pembicaraan.
“Oh ini kita sedang di jalur alternative Brebes dik, sudah di Jawa Tengah” – jawab bapak itu sembari melempar pertanyaan khas penumpang Bus “mau kemana?”
“Oh, saya mau kembali ke Yogyakarta pak, saya masih kuliah disana” – Jawab saya dengan sopan.

Percakapan itu berlangsung cukup lama hingga saya bisa tahu bahwa perjalanan untuk sampai di kota Yogyakarta paling tidak akan berdurasi 5 sampai 6 jam lagi, tergantung situasi dan kondisi. Bahkan saya tahu bahwa supir bus tersebut ternyata mengambil jalan alternatif, karena menurut bapak itu, jalur yang seharusnya dilalui adalah Jalur Brebes dari arah Jatibarang. Namun pengemudi bus itu mengambil jalur alternatif dari belokan simpang  3(tiga) Gedung Nasional Brebes kearah Dusun Wangandalem. – Terus terang, saya cukup gelisah dengan pernyataan itu.

Dalam keseruan ngobrol dengan bapak itu, sekilas tercium bau semerbak harum melati didalam bus yang membawa kami waktu itu. “Ah, paling ada orang yang pakai parfum aroma melati” – pikir saya acuh.

Saya tidak sadar bahwa harum bunga melati yang muncul tiba-tiba seperti itu terkadang merupakan sebuah “pertanda” akan suatu hal menakutkan atau cerita mistis yang mungkin akan terjadi. Mungkin karena saya adalah orang yang cuek akan hal semacam itu, maka saya acuhkan saja tanpa terlalu memikirkannya.

maka melajulah sang supir bus itu tanpa mengetahui kejadian mistis yang akan menimpanya.
Cerita mistis yang akan saya ceritakan kali ini, telah membuat saya berhasil menciptakan satu kata mutiara yang pastinya akan melekat pada diri saya: Jangan percayakan dirimu pada mereka yang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Tentu saya bisa katakan bahwa kata-kata bijak ini berlaku juga ketika anda melakukan perjalanan dalam bus.

Benar saja, kegelisahan saya semakin menjadi-jadi. Perasaan dalam diri saya berkecamuk bahwa sesuatu yang salah akan terjadi. Supir Bus yang mengendarai Bus sumber alam dengan Nomor Polisi AA 1701 BL ini memang tidak mengetahui medan yang dia tempuh.

Kesalahan fatal supir bus Sumber alam yang pada akhir cerita saya ketahui adalah melaju lurus kearah barat ketika sampai di tembusan Perempatan dusun Terlangu, Brebes. Sedangkan jalan yang seharusnya dilalui adalah mengambil belokan ke kiri kearah jatibarang. Tanpa sadar supir Bus ini mengarahkan saya dan puluhan penumpang lain menuju jalan buntu desa Terlangu.

Sebenarnya sebelum salah jalur itu, ada kejadian yang juga tak kalah aneh terjadi. Karena diliputi rasa bingung, supir dan kondektur bus Sumber Alam itu menghentikan laju bus yang dikemudikannya untuk bertanya kepada orang yang sedang duduk dipinggir jalan.

Ada keanehan dari sosok orang yang ditanyai arah jalan tersebut. Dia menggunakan jubah hitam yang membuatnya cukup misterius. Perkataan yang keluar dari orang itu juga terkesan datar dan tanpa ekspresi. Terlebih harum semerbak aroma melati kembali tercium oleh indera saya.

Karena tempat duduk saya cukup dekat dengan kursi kemudi supir, saya sedikit menguping pembicaraan mereka. Pembicaraan itu intinya adalah agar supir menepikan busnya terlebih dahulu dan “jangan tergesa-gesa” supaya bisa leluasa karena badan jalan yang ada disekitar tempat itu tergolong sempit.

Sejurus ketika supir bus hendak menepikan bus, ada dua penumpang dalam bus yang berkata kepada supir bus tersebut “lurus wae mas… ono jalan tol arah Jogja ng ngarep (lurus saja mas, ada jalan tol alternatif kearah Jogja didepan)” – kata mereka tampak yakin

Merasa aman karena ada penumpangnya yang ternyata mengetahui seluk beluk jalan alternatif tersebut, maka melajulah sang supir bus itu tanpa mengetahui kejadian mistis yang akan menimpanya.

Jalan semakin gelap, namun bus ini seolah tak kunjung menemukan penghujung jalan yang dilaluinya. Dia terus berjalan dan berjalan…
Kegelisahan para penumpang tampak jelas terlihat. Waktu sudah menunjukkan pukul 16:35 sore. Sore yang entah kenapa terlihat sangat sunyi. Hanya suara aliran sungai dan sedikit decit-decit badan bus yang tergoyang oleh sisi jalan menjadi melodi penawar sepi saat itu.

Cerita mistis dan kengerian yang terjadi itupun berlanjut ketika bus yang saya dan puluhan penumpang naiki itu kemudian mengambil jalan menanjak. Jalan itu adalah sebuah tanggul disisi sungai Pemali. Kami bertanya-tanya dalam hati dan banyak pertanyaan-pertanyaan dikepala kami “dimana ini?, apakah kita tersesat?, benarkah ini jalannya? Sampai kemana ujung jalan ini?” Hanya saja tak terlukis ekspresi cemas dari supir bus tersebut. Memang suatu hal yang anomali.

Adzan Maghrib terdengar sayup-sayup, Jalan semakin gelap, namun bus ini seolah tak kunjung menemukan penghujung jalan yang dilaluinya. Bus ini terus melaju melewati tanggul sungai yang cukup terjal itu. Dari kejauhan, ada temaram lampu jalan yang tidak terlalu terang. Diarahkanlah bus yang saya tumpangi itu kesana. Kearah jalan yang menurun.

“Grusakk!!” – terdengar suara nyaring dari sisi kanan badan bus. Saya dan penumpang lain kalut. Bus berhenti sejenak kehilangan kendali untuk melanjutkan perjalanan.

Beberapa penumpang menjadi panik. Beberapa mulai memanjatkan doa-doa. Tak berhenti sampai disitu, ketika supir bus Sumber Alam yang kami tumpangi tersebut, kemudian berkata dengan spontan “Lho, kok jalannya jadi kayak gini, ini dimana ya? Perasaan tadi lewat jalan tol deh” – ujar supir itu seolah-olah dia tidak pernah ada dibalik kemudi bus beberapa jam yang lalu.

Tergambar jelas raut wajah gamang pada supir itu. Kondektur berusaha tetap tenang dan memutuskan untuk memeriksa sumber suara tadi. Ternyata satu ban belakang bus terperosok kedalam sebuah selokan yang tidak terlalu dalam disisi jalan turunan tanggul tersebut.

Beberapa orang berinisiasi untuk membantu mendorong. Untungnya, tak lama kemudian bus sudah bisa melanjutkan perjalanan. Raut wajah supir bus terlihat berbeda dibanding ketika kita menyusuri tanggul tersebut. Dia lebih terlihat fokus dan berhati-hati. Bus melaju pelan sampai tiba dijalan alternatif yang seharusnya. Dalam perjalanan tersebut bahkan bus ini sempat menyerempet sebuah gapura bertuliskan “kampung gotong royong” yang kemudian rubuh karenanya.

Sesudah mencapai jalan alternatif, supir menepikan bus untuk break sebentar. Sejenak sebelum turun, supir itu menengok kanan dan kiri dibeberapa bangku penumpang. Wajahnya tampak bingung bercampur takut. Perlahan dia bertanya kepada kami para penumpang “mbak sama masnya tadi yang ngasih petunjuk jalan dimana ya?”

Saya dan para penumpang lain saling bertatapan. Tapi tidak ada yang menjawab, tidak ada yang merasa pernah memberikan petunjuk jalan kepada pak supir sebelumnya.

2(Dua) orang yang mengatakan kepada supir untuk melaju lurus kearah barat ketika sampai di perempatan dusun Terlagu secara misterius menghilang tanpa jejak.
Momen hening itupun berbuah bulu kuduk yang tidak bisa berhenti merinding bersama kucur keringat dingin yang memadah getar sekujur badan kami.

Sangat tidak masuk akal bila sebuah bus sebesar itu bisa melewati daerah tanggul disamping sisi sungai Pemali. Itu tidak mungkin, karena jalan itu terlampau sangat kecil, namun Supir bus mengaku bahwa sebelum ban bus terperosok dalam selokan jalan, dia ingat sedang melewati jalan tol yang mulus. Bahkan supir itu mengaku melihat beberapa buah restoran dikiri-kanan “jalan tol” tersebut.

Tidak ada yang tahu persis siapa sebenarnya 2(dua) orang penumpang misterius yang menunjukkan jalan kepada supir tersebut. Apakah mereka adalah hantu atau makhluk astral yang berniat untuk menyesatkan manusia? Tidak ada penjelasan yang bisa dinalar oleh logika atas hal itu. Yang ada hanya para penumpang yang menjadi saksi pengalaman misteri yang pastinya tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search