Kumpulan Cerita Horor Di Dunia Nyata Dan Dunia lain.

Agenreferralpoker | Kumpulan daftar nama agen judi domino poker online terpercaya





Sabtu, 14 April 2018

SILUMAN KERA PUTIH
Indonesia dengan beragam suku dan budaya tidak luput juga dengan cerita-cerita rakyat yang ada di dalamnya. Berbagai jenis cerita rakyat tersebar luas di kalangan masyarakat. Tidak jarang masyarakat mengaitkannya dengan tokoh-tokoh wayang ataupun kerajaan-kerajaan terdahulu yang pernah berkuasa di bumu pertiwi Indonesia. Namun dari sekian banyak cerita. Cerita misteri memang menjadi cerita yang tidak lekang oleh waktu. Terus di bicarakan dari waktu ke waktu bahkan dari genarasi ke generasi. Cerita mistis biasanya tersebar dari mulut ke mulut dan tidak membutuhkan suatu platfrom khusus. Tanpa platform pun ragam cerita mistis sudah tersiar dengan sendirinya. Seperti hembusan angin yang membawa dedaunan kering.

Tidak jauh berbeda di kawasan lereng Gunung Sindoro tepatnya di Desa Tegairejo, Kecamatan Nhadirejo, Kabupaten Temanggung terdapat sebuah daerah yang di sebut Jumprit. Jika anda seorang penganut agama Buddga pasti tidak asing lagi dengan Sendang Jumprit atau juga di sebut juga Umbul Jumprit, karena setiap tahun mata air menjadi tempat pengambilan air untuk keperluan Waisak di Candi Borobudur. Hal ini di karena kan air di Umbul Jumprit ini di nilai mempunyai kualitas spiritual yang baik. Tiga hari sebelum perayaan Waisak biasanya Sangha akan mengambila air untuk di gunakan dalam ritual.
Selain itu di sekitar lokasi juga terdapat beberapa ekor monyet yang bebas brekeliaran. Monyet-monyet ini menjadi ciri khas daerah jumprit itu sendiri. Daerah di sekitar masih sangat kental suasana pegunungan, dengan pepohonan yang rimbun dan udara segar di sekitarnya. Jalan menuju umbul pun begitu teduh dan tenang. Setelah kira-kira berjalan sejauh 30 meter, maka anda dapat melihat sebuah patung Hanoman yang merupakan salah satu tokoh dalam kisah Ramayana.

Berbicara nama Jumprit sendiri diperoleh dari nama seorang penduduk di Kulon Progo. Alkisah diceritakan bahwa Ki Jumprit sedang menderita penyakit kulit yang sukar disembuhkan, karena merasa penyakitnya yang tidak dapat sembuh, kemudian Ki Jumprit berniat ingin mengakhiri hidupnya. Namun siapa sangka, ia malah menerima suatu wangsit untuk mandi di Sendang yang bersebelahan dengan Makam Singonegoro. Akhirnya ia datang ke sendang dan mandi disana, tidak disangka penyakitnya sembuh. Akhirnya ia menjadi juru kunci di sendang tersebut hingga akhir hayat. Sehingga namanya diabadikan sebagai bentuk penghormatan atas dirinya.

Cerita Misteri Tentang Siluman Kera Putih Yang di Percaya Masyarakat

Namun dibalik itu semua terdapat cerita misteri yang beredar, dikatakan bahwa hingga saat ini Umbul Jumprit masih dijaga 20 ekor kera yang dipercaya sebagai Ki Dipo. Ki Dipo merupakan tokoh yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Konon katanya setiap bulan purnama Ki Dipo akan menampakkan diri berwujud siluman kera putih, selain itu menurut cerita jumlah kera yang berada di umbul tidak berkurang maupun bertambah.

Menurut cerita misteri yang beredar ditengah-tengah masyarakat, Ki Dipo merupakan pengawal seorang penasehat Kerajaan Majapahit yaitu Pangeran Singonegoro. Pangeran Singonegoro kemudian memutuskan bertapa di daerah sekitar sendang dan akhirnya dimakamkan di tempat itu juga. Ki Dipo merupakan sosok pengawal yang setia yang selalu mengikuti majikannya dimanapun berada, hingga sekarang masyarakat percaya bila Ki Dipo masih setia menunggu majikannya. Kisah mistis lain yang beredar adalah konon Umbul Jumprit dapat dijadikan tempat mencari pesugihan dengan melakukan perjanjian ghaib bersama Ki Dipo.

Ritual yang dijalani adalah dengan cara kungkum dan puasa di waktu-waktu tertentu. Waktu yang kerap dikeramatkan adalah tanggal satu Sura. Pada tanggal tersebut banyak orang yang melakukan meditasi dan mandi selepas tengah malam. Selepas mandi dan kungkum adalagi tradisi khas yang dilakukan, yaitu tradisi buang sial. Tradisi buang sial ini yaitu dengan membuang pakaian dalam mereka di sepanjang aliran sungai. Walaupun terlihat mengganggu pemandangan namun hal ini telah menjadi tradisi setiap tanggal satu Sura.
April 14, 2018   Posted by Unknown in , with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search