Kumpulan Cerita Horor Di Dunia Nyata Dan Dunia lain.

Agenreferralpoker | Kumpulan daftar nama agen judi domino poker online terpercaya





Sabtu, 27 Januari 2018

HANTU LENJING

Pada waktu pagi hari Supriadi pulang dari jakarta dan hampir 5 tahun di tidak pernah pulang ke desa, dia sangat di sayangi oleh majikannya, Tuan Hendrik adalah seorang warga negara Belanda. Dia pulang ke desa karena sebentar lagi dia akan segera menikahi gadis desa yang ia cintai, bernama Siska. Meskipub di Jakarta Supriadi hanya bekerja sebagai tukang kebun, namun kenyataannya, dia di berik gaji cukup oleh majikannya. Ketika pulang ke desa dia bisa membawa uang lebih. Memang sudah lama dia menabung untuk kemudian dia bisa menikahi gadis pujaannya dengan membawa modal yang cukup banyak.

Waktu usai shalat Isya', dia menyempatkan diri mengunjungi temannya yang bernama Rudi dan keduanya memang merupakan sahabat yang akrab, keduanya senasib seperjuangan. Mereka hanya sama-sama mengantongi ijasah SMP. Untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, kedua orang tuanya sama-sama tergolong tidak mampu, dengan demikian mau tidak mau mereka harus mencari pekerjaan seadanya.

Supriadi nekad untuk pergi ke Jakarta meski harus berpisah dengan sahabatnya dan sedangkan Rudi memilih tetap tinggal di desa. Di desa dia tetap pada pekerjaanya di ladang milik orang tuanya yang tidak seberapa lebarnya. Kadang kala jika ada orang uang membutuhkan tenaganya memperbaiki rumah, dia juga bisa melakukannya. Ketika pada malam itu bertemu mereka dan menceritakan pengalaman mereka masing-masing. Hingga tidak terasa pertemuan mereka sampai tengah malam. Jam yang menempel di dinding rumah Rudi sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Ketika pulang dia melalui jalan desa yang hanya samar-samar oleh sinar purnama dan meskipun di tinggalkan, situasi di desanya tidak banyak mengalami perubahan. Mungkin semuanya itu terbentur dengan keterbatasan dana di desa yang di cintainya. Ketika melewati salah sebuah rumah, dia menhentikan langkahnya bersamaan dengan suara yang memanggil namanya.

Di... Supriadi...mampir sebentar...Bukankah kamu orang yang bernama Supriadi..? Suara tadi suara seorang wanita. Ketika Supriadi memperlihatikan arah suara tersebut, dia melihat secara samar-samar sosok seorang wanita berdiri di halaman rumah. Dia ingat bahwa wanita itu tengah berdiri di halan rumah. Dia ingat sekali bahwa wanita itu yang tengah berdiri di halaman rumah Mbok Inem.

Supriadi : "Ya benar, saya supriadi. Apa benar ini Mbok Inem?
Mbok Inem : "Benar, Di, aku ini tantemu. Masa kamu lupa dengan ku?
Suara wanita yang mengaku masih tantenya sendiri itu memecahkan kesunyian malam.
Akhirnya, Supriadi  terpaksa melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tantenya, meski saat itu tengah malam sudah semakin senyap.
Cerita Horor - Hantu Yang Memakan Ubun-Ubun Manusia
Cerita Horor - Hantu Yang Memakan Ubun-Ubun Manusia

Malam itu dia dengan tantenya duduk berdampingan di sebuah bangku yang ada di depan rumah. Suasananya cukup redup dengan sinar lampu yang kurang penerangan.
Mbok Inem : "Kapan kamu pulang dari jakarta?
Supriadi : "Baru kemarin tante.
Mbok inem : "Membawa uang yang cukup banyak ya Di?
Supriadi : Ah, ya tidak seberapa tante. Hanya cukup untuk memberi sedikit oleh-oleh untuk kedua orang tua. Kemudia bagaimana kabarnya Ijal tante? Ketika di tanya tentang Ijal, Mbok Inep tidak sengaja menjawab. Wajahnya menunduk. Sebenarnya Supriadi sendiri sudah tahu tentang nasib Ijal yang hidupnya lumayan di Semarang. Tetapi, apa jeleknya menanyakan hal itu kepada tantenya.

"Sekarang teman mu di Ijal sudah menjadi orang yang berkecukupan. Tetapi tidak tahu kerena apa ternyata kekayaannya itu mengakibatkan dia lupa kepada orangtuanya, "suara Mbok Surip sendu. "Kenapa lupa bagaimana itu tante? "Supriadi ingin tahu penyebabnya. "ketahulah, Di, tetapi jangan sampai kamu terkejut dengan kabar ini. Begini Di, setan apa yang telah menggerogoti imannya sehingga si Ijal temanmu itu mengambil jalan pintas. Dia mencari pesugihan dengan seekor ular yang bisa mendatangkan uang yang melimpah itu dengan tefa mengorbankan ibunya sendiri. Kalau tidak percaya cobalah dekat dengan dia itu..."berkata begitu Mbok Inem mengajak Supriadi berjalan mendekati dia yang ada di sudut teras rumah.

Di situ dengan penerangannya yang masih agak samar-samar tetapi terang, dia bisa melihat dengan jelas kaki Mbok inem yang membengkak hampir seperti kaki gajah. Supriadi terkejut sekali ketika melihat hal itu dan dalam hati ia bergumam, Ijal tega sekali menyesarakan ibunya yang sudah tua ini. "Kalau begitu bagaimana apabila besok pagi tante saya bawa ke dokter untuk di obati? Supriadi menawarkan jasanya.

Tidak perlu, Di, sakit yang kudderita ini tidak bisa di obati oleh siapa pun, karena sakitku ini terkena teluh pesugihan yang di buat oleh Ijal, anakku sendiri, mau tidak mau aku harus rela menderita sakit ini karena ulah anakku sendiri. Bukan aku saja yang terkena teluh, tetapi sebentar lagi anaknya sendiri, si Rika di korbankan untuk kekayaannya. Sehabis itu di malam yang kelam itu tersengar suara tangis Mbok Inem merasakan kekejaman Ijal yang sudah tidak merasakan dosa yang bakal di sandangnya.

Melihat hal itu Supriadi bisanya hanya diam tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Sudah tante, jangan menangis, besok pagi kuantarkan untuk pergi kedokter... Sekali lagi Supriadi menawarkan jasanya. Tetapi sekali lagi Mbok Inem tetap menolah tawaran Supriadi. "Sudahlah Di, terima kasih atas kebaikanmu, aku sudah merasa terobati dengan menceritakan penyebab sakitku ini kepadamu. Sekarang pulanglah Di. Malam sudah semakin larut, nanti ibumu merasa resah menunggu kedatanganmu yang tak kunjung datang, Mbok Inem setengah menundung Supriadi untuk segera pulang. Atas desakan Mbok Inem tersebut, Supriadi segera meninggalkan Mbok Inem sendirian denganderita yang di sandangnya. Tetapi abru melangkah kakinya tiga langkah, dia terkejut ketika Mbok Inem berteriak-teriak kesakitan sambil memanggil-manggil namanya.

"Aduh Di, tolong aku. Badanku terasa panas sekali". Supriadi menoleh ke arah suara yang di lontarkan Mbok Inem. Ketika kembali kerumahnya, dia melihat Mbok Inem di halaman. Dia merintih kesakitan serasa menggeliat-geliatkan tubuhnya. Melihat hal itu Supriadi menjadi kebingungan. Di malam yang semakin dingin dan mencekam itu tidak ada seorang pun di sekitarnya selain dia dan Mbok Inem yang semakin meronta kesakitan. Ketika Supriadi hendak mendekatinya untuk memberikan pertolongan, seketika dia menghentikan langkahnya. Di saat itu tiba-tiba ada sebuah keanehan yang terjadi pada Mbok Inem. Supriadi berdiri terpaku ketika melihat tubu Mbok Inem tiba-tiba lehernya menjadi molor. Leher itu terus meninggi sehingga tingginya hampir setinggi pohon kelapa dan tubuh Mbok Inem yang tinggi sekali itu tiba-tiba menjulur ke bawah, seolah-olah hendak menyedot ubun-ubun Supriadi.

Tatkala tahu hal Supriadi berteriak sekeras-kerasnya sambil lari menyelamatkan dirinya. Lenjing...Lenjing...Hantu Lenjing!! sambil lari Supriadi berteriak-teriak ketakutan. Akhirnya, kakinya terantuk batu besar dan jatuh pingsan tepat di depan rumah Pak mamat. Tidak tahu berapa lama dia tidak sadarkan diri, ketika sadar kembal dia melihat sudah banyak orang yang merawatnya. Dia di tidurkan di salah sebuah kamar tidur rumah Pak Mamat yang masih sesepuh desa tersebut.

Di antara orang yang berkerumun itu terdapat salah seorang kyai yang bernama Kyai Hasan. Dia berjalan perlahan mendekati sebuah tempat tidur tempat Supardi dirawat. Dengan seulas senyum dia duduk di bibir tempat tidur. Kemudian kyai yang sudah uzur itu bercerita kepada semua yang ada di situ.
Sebenarnya Mbok Inem itu sudah setahun yang lalu meninggal dunia. Semua tidak ada yang tahu apa yang menjadi penyebab kematiannya. Dikira kematian Mbok Inem karena sakit yang dideritanya.
Tetapi, seminggu kemudian setelah kematiannya, orang-orang yang ada di sekitarnya mulai curiga. Mereka sering mendengar suara tangis di rumahnya. Tetapi, setelah didekati suara tangis itu hilang.
Kemudian orang-orang mulai menduga bahwa yang menangis tersebut tiada lain adalah arwah Mbok Inem yang masih bergentayangan. 

Orang-orang bertambah curiga setelah mengamati kehidupan Ijal, anaknya, semakin hari semakin kaya. Tidak ada yang mengerti dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu. Belum ada setahun dia bisa membangun rumah yang mentereng, membeli mobil bagus dan beberapa hektar sawah.
Beberapa orang yang tahu, Ijal adalah pedagang buku kecil-kecilan di Semarang. Dua minggu sekali dia pulang ke desa untuk menjenguk keluarganya dan membawa uang dalam jumlah besar yang disimpan di rumahnya. Mbok Inem yang arwahnya gentayangan adalah karena perbuatan anaknya, si Ijal, yang tega mengorbankan ibunya sebagai tumbal pesugihan. 

Dan, pesugihan yang berupa Lenjing itu berwujud manusia yang lehernya memanjang seperti ular. Kemudian kepala yang telah memanjang itu segera mencari sasaran ubun-ubun manusia yang dijumpainya. 

Sebelum menjadi lenjing, si manusia yang dikorbankan oleh si Ijal terlebih dahulu digigit oleh ular senjata pesugihannya. Setelah ular tersebut berhasil menggigit korbannya dengan menyedot darah si korban sepuas-puasnya, si korban baru akan menjadi lenjing. Belakangan, yang dikorbankan menjadi lenjing anaknya sendiri, si Rika, yang masih duduk di bangku di SMP kelas tiga.
Malam itu si Rika yang telah berubah menjadi Lenjing, gerak-geriknya menjadi lebih beringas. Si Lenjing Rika dengan leher yang telah molor mencari sasaran ke sana-ke mari. Tetapi, malam itu tidak ada orang yang dijadikan korban. 

Lenjing Rika yang murka lalu mendobrak kamar ayah-ibunya yang masih asyik tidur dengan nyenyaknya. Tanpa pikir panjang kedua orangtuanya sendiri disantapnya dengan lahap. Teriakan histeris kedua orangtuanya yang kesakitan minta dibelaskasihani tidak dipedulikan oleh si Lenjing Rika. 

Tak ada satu pun tetangga yang mendengar teriakan histeris si Ijal dan istrinya malam itu. Hingga keesokan paginya rumah di sekitarnya dipenuhi oleh para tetangga. Di rumah itu para tetangga menemukan Ijal dengan isterinya, dan si Rika yang telah menjadi manusia biasa sama-sama mati terkapar di lantai kamarnya. 

Kepala Ijal dan istrinya remuk dengan darah semburat di kamarnya. Sedang Rika sendiri tampak darah segar yang meleleh di mulutnya.
“Orang-orang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika saya ceritakan bahwa semua itu akibat pesugihan yang dipunyai Ijal berupa hantu Lenjing,” ketika Kyai Hasan menyelesaikan ceritanya, semua yang ada di situ pun lalu pulang ke rumah mereka masing-masing. 
Januari 27, 2018   Posted by Unknown in , with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search