Kumpulan Cerita Horor Di Dunia Nyata Dan Dunia lain.

Agenreferralpoker | Kumpulan daftar nama agen judi domino poker online terpercaya





Rabu, 16 Agustus 2017

Hantu Korban Banjir Bandang Meminta Makan



Mati Karena Kecelakaan Korban Banjir Bandang dan Jujur saja kalau aku sangat takut. Tubuhku menggigil dan terasa ingin pipis karena tegang dan pada saat Malam itu, cuacanya yang begitu dingin, Suhu mencapai 18 derajat selsius. Padahal di siang hari, 35 derajat celsius, sangatlah panas dan Alam sekitar Desa Baguang, sangatlah ekstrim dan suhunya Panas sekali di saat siang namun sangat dingin sekali ketika malam hari.

Desa ini sangat sunyi, sepi dan lenggang dan pada saat itu Semua lampu mati, Perusahaan listrik negara setempat memadamkan lampu secara bergiliran, karena Daerah ini baru saja terkena banjir bandang. 110 orang tewas, 253 orang hilang, 80 rumah hancur dan 11.000 hektar sawah gagal panen.

Cerita Misteri - Hantu Mati Penasaran Karena Korban Banjir Bandang
Cerita Misteri - Hantu Mati Penasaran Karena Korban Banjir Bandang

Pada saat itu Suamiku, Mas Faisal, 45 tahun, tertidur pulas di ranjang kamar depan dan kemudian Dia naik ke peraduan sejak jam 21:30 tadi. Aku merasa iri kepada suamiku karena aku melihat dia tidur begitu enak dan Sementara mataku, tidak dapat aku pejamkan sama sekali. Karena kebiasaanku sejak kecil, di mana aku tidak dapat tidur dalam gelap. Penerangan hanya dengan sebatang lilin yang kerlap kerlip terancam padam.

Suara serigala mengaum menggetarkan batinku, lalu Suamiku aku bangunkan supaya ikut mendengarkan suara anjing hutan itu. Tapi karena dia lelah menyetir jarak jauh dan mengantuk sekali, dia tidak menghiraukan aku, Bahkan setelah itu mengorok dengan kencang.

Pada saat malam itu adalah Malam Jumat Kliwon, Aku dan suamiku datang dari jauh ke desa ini untuk menemui pamanku, bibi dan lima anaknya yang terkena musibah banjir bandang. Namun tenyata satu keluarga hilang dan Tidak pernah ditemukan hingga sekarang. Jangankan ditemukan dalam keadaan hidup, jenazah mereka pun tidak ditemukan, bila sudah meninggal dan mungkin saja mereka terbawa banjir yang begitu dahsyat dan hanyut ke tengah laut.

Karena tidak ada famili lain di desa Baguang, maka kami menyewa rumah penduduk, dan Sebuah rumah kayu yang baru dibangun seorang warga, kami sewa untuk beberapa hari selama di Baguang. Rumah dari bahan kayu jati dengan atap sirap yang anggun dan isinya lengkap dengan tempat tidur, kasur, lemari, meja kursi dan televisi dan kulkas. Namun karena pada saat tidak ada aliran listrik, maka semua alat elektronik itu mati dan Tak bisa difungsikan sebagaimana mestinya.

Malam semakin larut dan keadaan sekitar semakin sepi, Dalam keadaan gelap gulita aku mengambil senter 12 baterei dari kamar, dekat suamiku tidur, untuk melihat keadaan di dapur. Pikirku aku bisa memasak mie instan karena perutku mulai lapar dan kebetulan Ada beberapa bungkus mie yang aku beli saat akan masuk wilayah desa ini.

Di dapur rumah milik Mang Hasan ini, ada dua kompor minyak tanah dan aku nyalakan salah satunya dan Aku letakkan panci berisi air mineral dan kupanaskan di atas kompor. Kompor itu menyala dan beberapa saat kemudian air mendidih, Lalu aku masukkan dua super mie soto di dalam panci. Satu untukku, satu lagi untuk suamiku bila dia bisa dibangunkan untuk makan. Setelah aku masukkan bumbu bumbu dan siap dihidangkan, tiba-tiba aku mendengar suara dari pintu dapur.

“Lapar, lapar, tolong..aku lapar,” kata suara diluar pintu.
“Aduh suara siapa itu, tengah malam begini kelaparan?” bisik batinku.
Suara itu semakin mengeras Dan akupun, menjadi penasaran.
“Siapa ya?” tanyaku, dari dekat kompor.
“Aku Bibi, aku, Maya, aku kelaparan Bibi, minta makan,” katanya, jelas terdengar ditelingaku.

Nama Maya sudah tidak asing lagi bagiku dan Maya adalah anak terbesar dari Paman Rudi, kelas tiga SMA Budi Karya, saat terkena musibah banjir bandang sebulan lalu.
“Maya anak Paman Rudi? tanyaku, menyehidik.
“Iya Bibi, Maya anak Pak Rudi, katanya, sambil merintih.

Maya seharusnya selama ini memanggil aku kakak, karena kami bersaudara sepupuh, Namun, karena diajari panggil Bibi,maka dari SD kelas satu hingga kelas 3 SMA, dia memanggil aku Bibi. Sementara aku memanggilnya dengan panggilan sayang, Si Endut, karena tubuhnya agak gendut dan Umur 15 tahun dan berat badannya hampir 67 kilogram.

Aku mengambil senter dan membuka pintu dapur, Tempat sumber suara berbunyi. Dengan perlahan aku membuka engsel pintu dan menguak pintu dapur itu dan kemudian Dengan senter terang, aku jelas melihat Maya berdiri di depan pintu dapur. Di atas sebuah titial kayu di pinggir Sungai Batara, yang Sungainya dilalui banjir bandang dan menelan banyak korban jiwa bulan lalu.

“Maya, engkau masih hidup, Nak? tanyaku, sambih memeluk saudara sepupuhku itu dengan mesra dan Aku sangat merindukan dia dan aku sangat bahagia bertemu dia. “Bagairnana engkau bisa selamat, di mana Ayah, Ibu dan empat adikmu, Nak?” tanyaku.

Tubuh Maya lemas dan beberapa saat kemudian dia pingsan di tanganku dan langsung Aku membawanya dia ke dalam dapur dan menidurkannya secara sempurna di lantai. Lalu aku buru-buru memanggil suamiku yang sedang terlelap. Suamiku kaget, bangun, mengucek-ucek mata lalu ke dapur bersamaku dan suamiku membantu Maya, kemudian Memberikan balsem di hidungnya, di kakinya yang dingin dan beberapa saat kemudian, Maya siuman.

Dalam keadaan sudah normal, Maya aku suapin super mie yang kubuat tadi, kemudian dia makan dan menelan mie itu dengan baik. Setelah itu, suamiku membuatkan teh manis panas dan Maya menikmati teh hangat itu dan Setelah makan lalu kami bertanya, bagaimana Maya selamat dan di mana kedua orangtuanya serta 4 adiknya yang lain. Maya menangis sambil menggelengkan kepalanya dan Aku pun memahami kesedihan hatinya dan aku mengurut punggungnya sambil ikut menangis.

Maya mengaku sadar waktu dibawa air banjir besar ke laut dan Dia terapung di tengah laut dan bergelayut dengan daun pintu papan. Daun itulah yang menyelamatkan dirinya hingga dia mampu mengayuh sampai ke pantai dan Selama sebulan, dia makan makanan yang mengapung di laut. Makanan seperti roti-roti sisa rumah tangga yang hancur dan ikut hanyut, kemudian Ada pula makanan seperti nasi di dalam termos yang bisa dinikmati selama mengapung di laut. Alhamdulillah, Maya mampu bertahan dan suivive selama sebulan terkena musibah banjir bandang yang mengerikan itu, lalu Dia bisa ke darat dan kembali ke desa Baguang tempat kelahirannya.

Pucuk dicita ulam tiba, Demikian pepatah lama yang kukaitkan dengan munculnya Maya dalam kehidupan kami dan Pas kami datang ke Desa Baguang, dia kembali dari laut. Dia minta makan karena lapar, di saat yang memasak mie yang dia cium dari luar, adalah aku. Dia tahu dari lubang dinding itu adalah aku yang sedang memasak, Maka dari itu, dia memanggil dan meminta makan karena kelaparan di tengah malam buta setelah berjalan jauh dari laut.

Alhamdulihlah, Maya bertemu dengan kami dan kemudian Kami juga sujud syukur bertemu dan menemukan saudara sepupu ku Maya yang cantik. Memang, walau tubuhnya gemuk, Maya berwajah cantik, Hidungnya mancung dan kulitnya kuning seperti kulit ibunya yang hilang.

Maya aku urus dan Bajunya yang lusuh dan sobek aku ganti dengan bajuku dan ukuran badan Dia berukuran sama dengan tubuhku, maka semua bajuku, sarungku dan dasterku untuk tidur, pas sekali di badannya. Malam itu juga aku mandikan dia dengan air hangat dan dia tertidur pulas. Pikir kami, pagi harinya, dia baru bisa diajak ngobrol dan kami mencari tahu di mana posisi ke-4 adiknya dan kedua orangtuanya yang raib sejak musibah besar banjir bandang itu.

Setelah Maya tertidur pulas, aku pun dapat tidur juga dengan tenang, dan kemudian sekitar pukul 03:45 dinihari, yang itu Sementara Mas Faisal, suamiku, kembali ke kamar dan mengorok lagi. Aku tidur di kasur berdua bersama Maya tanpa ranjang. Kami berdua di lantai di luar kamar depan dan Di ruang tamu yang luas dan lega rumah sewaan keluarga Pak Hasan itu.

Jam 07:00 pagi aku terbangun dan Sementara itu suamiku masih teronggok di ranjang kamar depan, kemudian Kami kehilangan waktu subuh dan terpaksa melewati sholat subuh. Namun, yang membuat aku kaget, Maya tidak ada lagi di sebelahku tidur. Dia raib, menghilang entah ke mana.

Aku panik mencari dia ke kamar mandi ke dapur dan ke kamar belakang, Namun Maya tidak aku temukan, Bahkan, baju bekasnya pun, yang digunakan saat dia datang, tidak ada lagi. Sementara baju yang kupinjamkan kepadanya, ada di sebelah kasur kami saat kami tidur.

“Lha, ke mana Maya?” batinku.

Aku segera membangunkan suamiku dari pembaringan, kemudian Dia tersentak, bangun lalu berdiri dan berjalan ke luar rumah. Dia mencari di sekitar rumah sewaan itu, namun tidak menemukan Maya dan Kami terus bertahan di rumah sewaan ini. Selama siang Hari Jumat Kliwon itu, kami berjalan ke laut. Kami mencari, mana tahu menemukan Maya lagi, atau orangtua serta ke-4 adiknya yang masih kecil. Pikirku, yang kita harus usaha sambil berdoa meminta pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.

Setelah suamiku sholat Jumat di mesjid kecil di Pantai Intan, kami menyewa perahu menuju laut dan Di seberang sana ada pulau kecil tak berpenghuni, Pulau Mandalika Putri dan kami datang ke pulau itu. Namun, kami tidak menemukan seorang manusia pun, di pulau kosong adalah Pulau Mandalika Putri. Namun kami menemukan bekas-bekas pakaian yang hanyut ke laut. Kaleng, bangku plastik dan sendal jepit serta sepatu karet yang hancur digigit tikus.

Namun, di luar dugaan, aku menemukan maju yang dikenakan Maya semalam dan Baju itu tersangkut di batang kayu Kermunting yang pendek. Aku sangat mengenali baju itu, baju putih bahan satin dengan kembang mawar merah yang sudah memudar di bagian depan.

Ini baju Maya yang dikenakannya semalam Mas, teriakku, kepada suamiku, saat dia sedang mengangkat sebuah kaleng biskuit yang berisi puluhan biskuit yang sudah berlapuk.
Suamiku menghambur ke arahku dan kemudian Di pohon kermunting di mana kutemukan baju putih lusuh berkembang mawar yang dipakai Maya saat di rumah sewaan kami.
“Ya, betul, baju ini baju Maya Ma,” desis suamiku.

Beberapa saat kami mengenali baju itu, tiba-tiba terdengar suara gelombang laut bergemuru dan kemudian Aku melihat ke arah batu karang yang terhempas gelombang air. Ya Tuhan, aku melihat seekor ikan hiu besar mendekati karang dan Ikan hiu itu gemuk yang berukuran panjang 15 meter dengan berat kurang lebih 2 ton.

Ikan itu gendut karena memakan banyak manusia korban banjir bandang Ma, ungkap suamiku. Aku yakin apa yang dikatakan suamiku benar adanya ikan hiu itulah yang telah memakan para korban yang gemuk dan karena begitu banyak korban nyawa manusia di dalam perutnya sebulan lalu.

Dia mendekati pulau ini, ingin makan manusia lagi Ma, dan kitalah yang disasar, yang akan dimakan olehnya, Maka dari itu, kita harus berhati-hati keluar pulau ini. Setelah hiu itu benar-benar kabur ke tengah laut, barulah kita ke darat, ke Pantai Intan dan pulang ke Desa Baguang,” kata suamiku.

Namun hingga sore, hiu itu tetap di karang itu, Bahkan beberapa saat kemudian, 5 ekor hiu raksasa, datang lagi mendekat pulau. Hiu-hiu itu tentu saja mencium bau wangi darah kami dan dia akan menyantap aku dan suamiku.Kini 6 ekor hiu raksasa mengelilingi Pulau Mandalika Putri dan ikan-ikan itu akan memangsa kami. Karena mereka nikmat selama ini memakan banyak darah manusia dan daging empuk manusia korban banjir bandang yang maha dahsyat.

Kanena takut dikeroyok hiu pemakan daging manusia itu, maka kami putuskan untuk tetap tinggal di Pulau Mandalika Putri. Sementara perahu yang kami pakai, selamat tidak dihancurkan. Mereka tidak memakan kayu dan perahu kami, hingga kemungkinan kami bisa selamat pulang ke Desa Baguang bila hiu-hiu itu sudah kabur.

Kami bermalam di Pulau Mandalika malam itu dan Malam itu adalah Malam Sabtu Legi, kemudian Kami tidur bersandar di pohon tembesu tua dan berusaha tidur sambil waspada akan marabahaya di Pulau Mandalika. Sebab di pulau kecil yang penuh belukar ini, masih banyak biawak besar, tikus-tikus dan lintah darat. Sementara senter tertinggal di rumah Pak Hasan, begitu juga dengan tikar dan jaket, semua tertinggal di rumah sewaan itu. Yang ada hanya korek gas karena suamiku, Mas Gatot perokok berat. Korek gas itu kami gunakan untuk membakar ranting kering dan membuat api unggun.

Malam mengerikan itu kami lewati dengan rasa cemas, takut dan gundah gulana, Namun, menjelang subuh, dini hari, terdengar suara Maryamah di Pulau Mandalika. Dia memanggil namaku dan meminta bajunya yang aku ambil dari pohon kermunting Pulau Mandalika.

“Waduh, itu suara Maya Mas, di mana dia?” kataku, kepada suami.
Aku mengambil baju dan memegang baju bergambar mawar merah itu.
“lni bajumu, aku letakkan di mana Maya?” tanyaku.

Kami berdua sadar, bahwa Maya bukanlah manusia biasa lagi Tetapi roh halus yang maujud dan berinteraksi dengan kami semalam. Maryamah minta dilempari baju itu ke arah suaranya, di pohon kermunting tempat aku menemukan baju itu.

Benar saja, setelah aku lemparkan bajunya, Maya maujud dalam temaram dan Dia meminta kami segera naik perahu dan kembali ke Pantai Intan lalu pulang ke Desa Baguang. Kami menuruti akan perintahnya, Kami ke perahu dengan bantuan Maya.

Di luar dugaan, arwah Maya mengayuh perahu kami dengan cepat dan dalam hitungan menit, kami sudah sampai di Pantai Intan. Dan di dalam temaram fajar timur, aku melihat Maya masuk ke laut, Dia raib dengan busana bunga mawar di tubuhnya.

Menghilang ke tengah samudera, kami tidak pernah melihat Maya lagi Apalagi kedua orang tua dan ke-4 adiknya. Tim pencari korban sudah memutuskan, bahwa mereka sekeluarga sudah meninggal dan tenggelam di dasar laut selatan Pulau Mandalika.

Hingga kini kami rutin mengirim doa untuk Maya dan keluarga besarnya dan Kami membuat tahhil di rumah kami di Kota Binggali, mendoakan agar keluarga besar pamanku, termasuk Maya dan ibunya serta ke-4 adiknya, agar diterima layak di sisi Allah Azza Wajallah Dan Allah Yang Maha Kasih, memasukkan mereka semua di dalam surga-Nya yang indah nan abadi.
Asalqq Situs poker online poker online, domino online, agen domino qq, adu q, bandar sakong, sakong online

Agustus 16, 2017   Posted by Anonim in , with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search